Wednesday, August 10, 2011

Menuju Kulon

Aku mengelamun menghadap kotak,
Kotak warna bermata satu,
Aku mencari beri-beri hitamku,
Tapi tidak ketemu,
Aku teruskan membelai kotak hitam bermata satu.

Jari - jari kasarku berkejar - kejar mencari abjad,
Alat karya Graham Bell menjerit dengan notasi C major,
Aku dengar Chentaku dari kejauhan,
Dari nadanya ku tahu Chentaku hampir ketiduran.

Illustrator menjelma minta dicoret,
Agar kotak cetak bisa menghamburkan karya,
Kabus kimia menusuk hidung,
Resin polimer menyetubuhi filem hitam,
Abjad Numero timbul bagai bingka ubi,

Aku kembali mencari beri - beri hitamku,
Barangkali ada disisi tangan mobil merah Chentaku.
Dalam gelita aku turuni tangga batu berdebu,
Kerangkeng besi ku katup,
Tanda urusniaga sudah berlabuh,

Imigran - Imigran riang bercanda di bawah remang bulan,
Gadis - gadis Cina berseluar pendek menyanyi girang,
Dari tingkap kamar,
Buruh Kemboja mencuri pandang peha gebu gadis malam.

Beri - beri hitam berkelip merah,
Notifikasi barangkali,
Notifikasi dijengah,
Tiga jeritan tidak terladen,
Mata melirik jeritan kulon,

Nada standard kedengaran,
Agak lambat sahutan,
Suara mengantuk lewat usia mula kedengaran,

"Laa..ikannya kok tak dibawak balik, Mak dah letak dalam peti ais"

Aku mengangguk tanda faham,
Mobil merah meluncur laju,
Menuju kulon buat bawal merah tumpang pulang.

Nota:
Tribute buat Emak yang sentiasa menyangka aku lapar. : )
Sent by Maxis from my BlackBerry® smartphone

No comments:

Post a Comment